Jumat, 14 Desember 2012

Minuman Beralkohol Percepat Keriput


Biasanya Jumat merupakan hari paling bersemangat. Besok libur akhir pekan, dan bagi sebagian dari Anda malam ini mungkin saatnya melepas penat bertemu teman-teman. Banyak pula yang mengatakan Jumat malam adalah  malam panjang.  Sebab besok tak ada janji temu dengan klien, rapat atau deadline, malam ini saatnya senang-senang.
Sebelum Anda tenggelam dalam keriaan Jumat malam, ada sebuah studi, dari University of Berlin baru-baru ini yang menunjukan hubungan antara kulit dan konsumsi alkohol. Dalam studi itu menunjukkan bahwa alkohol menghabiskan antioksidan dalam kulit Anda. Dan ketika itu terjadi, kulit lebih rentan terhadap stres dan zat oksidatif yang memecah kolagen dan elastin. 
“Bila hal ini terjadi terus menerus dapat menyebabkan garis-garis halus, keriput, dan tekstur kulit yang tidak merata,” kata Joshua Zeichner, direktur penelitian di departemen dermatologi, Mount Sinai Hospital, New York City.
"Penelitian ini tidak konklusif, tetapi membuka pintu untuk penelitian baru dalam perlindungan kulit dan kosmetik," lanjutnya.
"Jika Anda berencana akan minum-minum, pastikan Anda menggunakan antioksidan topikal pagi harinya dan jangan lupa keesokan harinya."
Ada baiknya Anda mengoleskan serum atau losion wajah yang mengandung antioksidan sebelum mengenakan pelembab wajah pada pagi harinya. Kemudian keesokan harinya ulangi rutinitas yang sama, setelah membersihkan wajah, gunakan serum atau losion antioksidan, pelembab, kemudian tutup dengan tabir surya. Dalam memilih serum atau losion antioksidan pun perlu lebih teliti, sebab ada beberapa orang yang harus menghindari vitamin E.
"Vitamin E adalah antioksidan dengan kandungan berat dan berminyak. Jika kulit wajah Anda rawan jerawat, jangan kenakan produk antioksidan Vitamin E," saran Zeichner.

Jumat, 07 Desember 2012

Perlakuan Panas


MENGENAL PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT) PADA BAJA
Oleh Okasatria Novyanto

Sifat mekanik tidak hanya tergantung pada komposisi kimia suatu paduan, tetapi juga tergantung pada strukturmikronya. Suatu paduan dengan komposisi kimia yang sama dapat memiliki strukturmikro yang berbeda, dan sifat mekaniknya akan berbeda. Strukturmikro tergantung pada proses pengerjaan yang dialami, terutama proses laku-panas yang diterima selama proses pengerjaan.
Proses laku-panas adalah kombinasi dari operasi pemanasan dan pendinginan dengan kecepatan tertentu yang dilakukan terhadap logam atau paduan dalam keadaan padat, sebagai suatu upaya untuk memperoleh sifat-sifat tertentu. Proses laku-panas pada dasarnya terdiri dari beberapa tahapan, dimulai dengan pemanasan sampai ke temperatur tertentu, lalu diikuti dengan penahanan selama beberapa saat, baru kemudian dilakukan pendinginan dengan kecepatan tertentu.
Secara umum perlakukan panas (Heat treatment) diklasifikasikan dalam 2 jenis :
1. Near Equilibrium (Mendekati Kesetimbangan)
Tujuan umum dari perlakuan panas jenis Near Equilibrium ini diantaranya adalah untuk : melunakkan struktur kristal, menghaluskan butir, menghilangkan tegangan dalam dan memperbaiki machineability. Jenis dari perlakukan panas Near Equibrium, misalnya : Full Annealing (annealing), Stress relief Annealing, Process annealing, Spheroidizing, Normalizing dan Homogenizing.
2. Non Equilirium (Tidak setimbang)
Tujuan umum dari perlakuan panas jenis Non Equilibrium ini adalah untuk mendapatkan kekerasan dan kekuatan yang lebih tinggi. Jenis dari perlakukan panas Non Equibrium, misalnya : Hardening, Martempering, Austempering, Surface Hardening (Carburizing, Nitriding, Cyaniding, Flame hardening, Induction hardening)
Sebelum kita membahas lebih jauh lagi tentang perlakuan panas, tidak ada salahnya jika kita sedikit mereview kembali (mengulang kembali) pengetahuan kita tentang Diagram Near Equilibrium Ferrite-Cementid (Fe-Fe3C) Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihNcLL7lyqk3jaakeM7YMcrKUzuF1lCf5ln1gRrvXKdoKrIc_rWPzo7N91LmWznP0-PmeVVv8OkDVu3iMrPUsF3lTNhRNHu7MtMzJLl_AlZpxqdRZE3gHJ3ZIUBqMH6siMOWtUZZ9rwx0/s320/0.jpgPenekanan kita terletak pada Struktur mikro, garis-garis dan Kandungan Carbon.
Kandungan Carbon
0,008%C = Batas kelarutan maksimum Carbon pada Ferrite pada temperature kamar
0,025%C = Batas kelarutan maksimum Carbon pada Ferrite pada temperature 723 Derajat Celcius
0,83%C = Titik Eutectoid
2%C = Batas kelarutan Carbon pada besi Gamma pada temperature 1130 Derajat Celcius
4,3%C = Titik Eutectic
0,1%C = Batas kelarutan Carbon pada besi Delta pada temperature 1493 Derajat Celcius
Garis-garis
Garis Liquidus ialah garis yang menunjukan awal dari proses pendinginan (pembekuan).
Garis Solidus ialah garis yang menunjukan akhir dari proses pembekuan (pendinginan).
Garis Solvus ialah garis yang menunjukan batas antara fasa padat denga fasa padat atau solid
solution dengan solid solution.
Garis Acm = garis kelarutan Carbon pada besi Gamma (Austenite)
Garis A3 = garis temperature dimana terjadi perubahan Ferrit menjadi Autenite (Gamma) pada pemanasan.
Garis A1 = garis temperature dimana terjadi perubahan Austenite (Gamma) menjadi Ferrit pada pendinginan.
Garis A0 = Garis temperature dimana terjadi transformasi magnetic pada Cementid.
Garis A2 = Garis temperature dimana terjadi transformasi magnetic pada Ferrite.

Struktur mikro
Ferrite ialah suatu komposisi logam yang mempunyai batas maksimum kelarutan Carbon 0,025%C pada temperature 723 Derajat Celcius, struktur kristalnya BCC (Body Center Cubic) dan pada temperature kamar mempunyai batas kelarutan Carbon 0,008%C.
Austenite ialah suatu larutan padat yang mempunyai batas maksimum kelarutan Carbon 2%C pada temperature 1130 Derajat Celcius, struktur kristalnya FCC (Face Center Cubic).
Cementid ialah suatu senyawa yang terdiri dari unsur Fe dan C dengan perbandingan tertentu (mempunyai rumus empiris) dan struktur kristalnya Orthohombic.
Lediburite ialah campuran Eutectic antara besi Gamma dengan Cementid yang dibentuk pada temperature 1130 Derajat Celcius dengan kandungan Carbon 4,3%C.
Pearlite ialah campuran Eutectoid antara Ferrite dengan Cementid yang dibentuk pada temperature 723 Derajat Celcius dengan kandungan Carbon 0,83%C.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCnpm56eA8Kw6sTppwtI29-C6H2DXg4H827ywjXuz-j359tehN6nCbBn5gODbfHyl2STM4yJ_PmB4loFGNEwD7qpMIZFqK1224ltZiGugTgOIumKIAUgLD-uZdVEXA_3-SLAQNreUc5d4/s320/1.jpg
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNknXGxrai2w7QjvlIrEB8MORT2u8dzwKaoFwdbkqCBFKJRRACGG0M6gfHAfxbWjg9JNornvsKdfoy_Frr1A15wQpGNA6o-naaLeUsxEkMstyTJYXfMBhWoMFiPTDMB0WCy_oGGPgI6G0/s320/2.jpg
Dari sedikit penjelasan diatas dapat kita tarik benang merah bahwa secara umum laku panas dengan kondisi Near Equilibrium itu dapat disebut dengan anneling.
Anneling ialah suatu proses laku panas (heat treatment) yang sering dilakukan terhadap logam atau paduan dalam proses pembuatan suatu produk. Tahapan dari proses Anneling ini dimulai dengan memanaskan logam (paduan) sampai temperature tertentu, menahan pada temperature tertentu tadi selama beberapa waktu tertentu agar tercapai perubahan yang diinginkan lalu mendinginkan logam atau paduan tadi dengan laju pendinginan yang cukup lambat. Jenis Anneling itu beraneka ragam, tergantung pada jenis atau kondisi benda kerja, temperature pemanasan, lamanya waktu penahanan, laju pendinginan (cooling rate), dll. Sehingga kita akan mengenal dengan apa yang disebut : Full Annealing (annealing), Stress relief Annealing, Process annealing, Spheroidizing, Normalizing dan Homogenizing.
1. Full annealing (annealing)
Merupakan proses perlakuan panas untuk menghasilkan perlite yang kasar (coarse pearlite) tetapi lunak dengan pemanasan sampai austenitisasi dan didinginkan dengan dapur, memperbaiki ukuran butir serta dalam beberapa hal juga memperbaiki machinibility.
Pada proses full annealing ini biasanya dilakukan dengan memanaskan logam sampai keatas temperature kritis (untuk baja hypoeutectoid , 25 Derajat hingga 50 Derajat Celcius diatas garis A3 sedang untuk baja hypereutectoid 25 Derajat hingga 50 Derajat Celcius diatas garis A1). Kemudian dilanjutkan dengan pendinginan yang cukup lambat (biasanya dengan dapur atau dalam bahan yang mempunyai sifat penyekat panas yang baik).
Perlu diketahui bahwa selama pemanasan dibawah temperature kritis garis A1 maka belum terjadi perubahan struktur mikro. Perubahan baru mulai terjadi bila temperature pemanasan mencapai garis atau temperature A1 (butir-butir Kristal pearlite bertransformasi menjadi austenite yang halus). Pada baja hypoeutectoid bila pemanasan dilanjutkan ke temperature yang lebih tinggi maka butir kristalnya mulai bertransformasi menjadi sejumlah Kristal austenite yang halus, sedang butir Kristal austenite yang sudah ada (yang berasal dari pearlite) hampir tidak tumbuh. Perubahan ini selesai setelah menyentuh garis A3 (temperature kritis A3). Pada temperature ini butir kristal austenite masih halus sekali dan tidak homogen. Dengan menaikan temperature sedikit diatas temperature kritis A3 (garis A3) dan memberI waktu penahanan (holding time) seperlunya maka akan diperoleh austenite yang lebih homogen dengan butiran kristal yang juga masih halus sehingga bila nantinya didinginkan dengan lambat akan menghasilkan butir-butir Kristal ferrite dan pearlite yang halus.
Baja yang dalam proses pengerjaannya mengalami pemanasan sampai temperature yang terlalu tinggi ataupun waktu tahan (holding time) terlalu lama biasanya butiran kristal austenitenya akan terlalu kasar dan bila didinginkan dengan lambat akan menghasilkan ferrit atau pearlite yang kasar sehingga sifat mekaniknya juga kurang baik (akan lebih getas). Untuk baja hypereutectoid, annealing merupakan persiapan untuk proses selanjutnya dan tidak merupakan proses akhir.
2. Normalizing
Merupakan proses perlakuan panas yang menghasilkan perlite halus, pendinginannya dengan menggunakan media udara, lebih keras dan kuat dari hasil anneal.
Secara teknis prosesnya hampir sama dengan annealing, yakni biasanya dilakukan dengan memanaskan logam sampai keatas temperature kritis (untuk baja hypoeutectoid , 50 Derajat Celcius diatas garis A3 sedang untuk baja hypereutectoid 50 Derajat Celcius diatas garis Acm). Kemudian dilanjutkan dengan pendinginan pada udara. Pendinginan ini lebih cepat daripada pendinginan pada annealing.
3. Spheroidizing
Merupakan process perlakuan panas untuk menghasilkan struktur carbida berbentuk bulat (spheroid) pada matriks ferrite. Pada proses Spheroidizing ini akan memperbaiki machinibility pada baja paduan kadar Carbon tinggi. Secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut : bahwa baja hypereutectoid yang dianneal itu mempunyai struktur yang terdiri dari pearlite yang “terbungkus” oleh jaringan cemented. Adanya jaringan cemented (cemented network) ini meyebabkan baja (hypereutectoid) ini mempunyai machinibility rendah. Untuk memperbaikinya maka cemented network tersebut harus dihancurkan dengan proses spheroidizing.
Spheroidizing ini dilaksanakan dengan melakukan pemanasan sampai disekitar temperature kritis A1 bawah atau sedikit dibawahnya dan dibiarkan pada temperature tersebut dalam waktu yang lama (sekitar 24 jam) baru kemudian didinginkan. Karena berada pada temperature yang tinggi dalam waktu yang lama maka cemented yang tadinya berbentuk plat atau lempengan itu akan hancur menjadi bola-bola kecil (sphere) yang disebut dengan spheroidite yang tersebar dalam matriks ferrite.
4. Process Annealing
Merupakan proses perlakuan panas yang ditujukan untuk melunakkan dan menaikkan kembali keuletan benda kerja agar dapat dideformasi lebih lanjut. Pada dasarnya proses Annealing dan Stress relief Annealing itu mempunyai kesamaan yakni bahwa kedua proses tersebut dilakukan masih dibawah garis A1 (temperature kritis A1) sehingga pada dasarnya yang terjadi hanyalah rekristalisasi saja.
5. Stress relief Annealing
Merupakan process perlakuan panas untuk menghilangkan tegangan sisa akibat proses sebelumnya. Perlu diingat bahwa baja dengan kandungan karbon dibawah 0,3% C itu tidak bisa dikeraskan dengan membuat struktur mikronya berupa martensite. Nah, bagaimana caranya agar kekerasannya meningkat tetapi struktur mikronya tidak martensite? Ya, dapat dilakukan dengan pengerjaan dingin (cold working) tetapi perlu diingat bahwa efek dari cold working ini akan timbu yang namanya tegangan dalam atau tegangan sisa dan untuk menghilangkan tegangan sisa ini perlu dilakukan proses Stress relief Annealing.

SISTEMATIKA PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH


Posted in Label: DIKLAT, PENDIDIKAN, STIE-PUTRA-BANGSA, UT | Senin, Februari 16, 2009

Oleh : Muh Rosyid, S.Pd.,M.M.Pd.
Dosen STIE PUTRA BANGSA KEBUMEN

I. LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Bagian Pembuka
~ Halaman judul
~ Lembar pengesahan
~ Kata pengantar
~ Daftar isi
~ Daftar lampiran
B. Bagian Isi
Bab I Pendahuluan
~ Latar belakang masalah
~ Rumusan masalah
~ Tujuan penelitian
~ Pentingnya penelitian
~ Hipotesis penelitian
Bab II Kajian teori atau tinjauan kepustakaan
Bab III Metodologi penelitian
~ Waktu dan tempat penelitian
~ Populasi dan sampel
~ Instrumen penelitian
~ Pengumpulan data dan analisis data
Bab IV Hasil Penelitian
Bab V Kesimpulan dan saran
C Bagian Penunjang / penutup
~ Daftar pustaka
~ Lampiran-lampiran

2 LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Bagian Pembuka
~ Halaman judul
~ Lembar pengesahan
~ Kata pengantar
~ Daftar isi
~ Daftar lampiran
B. Bagian isi
Bab I Pendahuluan
~ Latar belakang masalah
~ Identifikasi masalah
~ Pembatasan dan rumusan masalah
~ Tujuan penelitian
~ Manfaat hasil penelitian
Bab II Kajian Pustaka
~ Kajian teori
~ Kajian hasil penelitian
Bab III Metodologi/Metode penelitian
~ Obyek tindakan
~ Setting/lokasi/subyek penelitian
~ Metode pengumpulan data
~ Metode analisa data
~ Cara pengambilan kesimpulan
Bab IV Hasil Penelitian
~ Gambaran selintas tentang setting
~ Uraian penelitian secara umum-keseluruhan
~ Penjelasan per siklus
~ Proses menganalisis data
~ Pembahasan dan pengambilan kesimpulan
Bab V Kesimpulan dan saran
~ Kesimpulan
~ Saran untuk tindakan lebih lanjut
C. Bagian Penunjang/penutup
~ Daftar pustaka
~ Lampiran-lampiran

3 TINJAUAN / ULASAN ILMIAH HASIL GAGASAN SENDIRI
A. Bagian Pendahuluan
~ Halaman judul
~ Kata pengantar
~ Daftar isi
~ Abstrak
B. Bagian isi
Bab I Pendahuluan berisi uraian mengenai hal yang dipermasalahkan
Bab II Kajian teori dan fakta mengenai hal yang dipermasalahkan
Bab III Tinjauan/ulasan
Bab IV Kesimpulan
C. Bagian Penunjang
~ Daftar pustaka
~ Lampiran-lampiran

4 BUKU
A. Bagian Pendahuluan
~ Kata pengantar
~ Daftar isi
~ Penjelasan tujuan buku pelajaran
~ Petunjuk penggunaan buku
~ Petunjuk pengerjaan soal latihan
B. Bagia Isi
~ Judul bab atau topik isi bahasan
~ Uraian singkat isi pokok bahasan
~ Penjelasan tujuan bab
~ Uraian isi pelajaran
~ Penjelasan teori
~ Sajian contoh
~ Ringkasan isi bab
~ Soal latihan
~ Kunci jawaban soal latihan

5 MODUL
1 Judul
2 Pengantar
3 Petunjuk penggunaan modul
4 Tujuan umum mpembelajaran
5 Kemampuan prasyarat
6 Pretest
7 Tujuan khusus pembelajaran
8 Isi bahasan
9 Kegiatan belajar
10 rangkuman
11 Tes
12 Sumber media yang dapat digunakan
13 Tes akhir dan umpan balik
14 Rancangan pengajaran remidial
15 Daftar pustaka

6 DIKLAT PELAJARAN
A. Bagian Pendahuluan
~ Halaman judul
~ Kata pengantar
~ Daftar isi
~ Penjelasan tujuan diklat pelajaran
B. Bagian isi
~ Judul bab atau topik isi bahasan
~ Penjelasan tujuan bab
~ Uraian isi pelajaran
~ Penjelasan teori
~ Sajian contoh
~ Soal latihan
C. Bagian Penunjang
~ Daftar pustaka
~ Lampiran

7 ALAT PERAGA
A. Bagian Pembuka
~ Halaman judul
~ Lembar pengesahan
~ Kata pengantar
~ Daftar isi
B. Bagian Isi
~ Latar belakang pembuatan alat peraga
~ Manfaat alat peraga
~ Bahan yang digunakan
~ Keadaan siswa sebelum dan sesudah menggunakan alat peraga
~ Prestasi siswa sebelum dan sesudah menggunakan alat peraga
~ Foto / gambar alat peraga

terminologi penting pada teknologi pengelasan


Automatic welding, automated welding: Proses pengelasan dimana semua parameternya
dikontrol dan secara otomatis divariasikan selama pengelasan oleh mekanis dan/atau
elektronis untuk menjaga kondisi yang dibutuhkan

Braze welding: Penyambungan logam menggunakan teknik serupa dengan fusion
welding dan filler metal dengan titik lebur lebih rendah dari logam induk, tetapi tidak
menggunakan aksi kapilaritas seperti pada brazing dan tanpa melebur logam induk.

Brazing: Proses penyambungan umumnya digunakan untuk logam yang selama atau
setelah pemanasan, logam pengisi cair mengisi celah sempit antara dua permukaan logam
yang akan disambung oleh gaya tarik kapiler. Umumnya titik lebur logam pengisi di atas
500 °C tetapi selalu dibawah titik lebur logam induk.

Filler metal (logam pengisi): Logam yang ditambahkan selama pengelasan,

Fusion welding (las cair): Pengelasan untuk membuat las melalui fasa cair tanpa
menggunakan bantuan tekanan

Hard facing, hard surfacing: Penggunaan material keras, tahan aus ke permukaan
komponen dengan las, braze welding atau spraying.

Interpass temperature: Dalam pengelasan bertingkat, temperatur lasan dan daerah dekat
logam induk sebelum pengelasan berikutnya.

Manual welding: Proses pengelasan dimana parameternya dikontrol oleh juru las dan
dikerjakan menggunakan tangan

Mechanical welding: Proses pengelasan dimana parameternya dikontrol secara mekanis
atau elektronis dan dapat divariasikan secara manual selama pengelasan untuk menjaga
kondisi pengelasan yang dibutuhkan

Parent metal / base metal atau logam induk: Logam yang akan disambung atau dilapis
dengan metoda las atau brazing atau surfacing.

Preheating temperature: Temperatur sebelum pengelasan yang dihasilkan dari proses
pemanasan logam induk pada bagian yang akan di las

Pressure welding (las bertekanan): Pengelasan dimana las yang dibuat menggunakan
bantuan tekanan sehingga terjadi aliran pada permukaan yang disambung baik
dipanaskan atau tanpa dipanaskan.


Semi-automatic welding: Proses pengelasan dimana beberapa variabel pengelasan
dikontrol secara otomatis.

Shop weld: Las yang dibuat dengan mengacu pada manufaktur welded assembly

Site weld: Las yang dibuat di lokasi atau dilapangan.

Surfacing: Pendepositan logam pada permukaan untuk menghasilkan lapisan yang dapat
memberikan sifat yang berbeda dari logam induk.

Weld (las): Ikatan metalurgi pada sambungan logam yang dilaksanakan dalam keadaan
cair. Dengan kata lain, las adalah sambungan setempat dari beberapa logam dengan
menggunakan energi panas. Disini logam pengisi/kawat las/elektroda yang titik leburnya
sama dengan logam yang di las dapat digunakan atau juga tidak.

Weldability atau mampu las: Suatu material dikatakan dapat di las, pada tingkatan
tertentu, proses tertentu dan tujuan tertentu, bila kontinuitas logam dapat diperoleh
dengan pengelasan menggunakan prosedur yang sesuai, sehingga sambungan yang dibuat
memenuhi persyaratan yang dispesifikasikan (menurut standar tertentu, misal AWS atau
ASME).

Welding (pengelasan): Proses membuat las