Kamis, 14 Februari 2013

Hal-hal yang Perlu Diketahui Tentang LTE

SINGAPURA, KOMPAS.com -
Perusahaan telekomunikasi dan
operator seluler di negara maju
sedang gencar menawarkan
layanan jaringan nirkabel LTE.
Begitupun produsen perangkat
mobile, makin giat menawarkan
produk yang mendukung jaringan
LTE.
LTE disebut-sebut sebagai
jaringan nirkabel tercepat saat
ini, sebagai penerus jaringan 3G.
LTE bahkan diklaim sebagai
jaringan nirkabel yang paling
cepat pertumbuhannya.
Jaringan LTE hingga saat ini
belum tersedia di Indonesia.
Sehingga, tak sedikit masyarakat
yang belum mengetahui apa itu
LTE.
Long Term Evolution, atau LTE,
merupakan standar baru untuk
meningkatkan kapasitas dan
kecepatan jaringan saat ini. LTE
menggunakan radio yang
berbeda, namun tetap
menggunakan dasar jaringan
GSM / EDGE dan UMTS / HSPA.
LTE sering disebut dengan istilah
4G (generasi keempat), untuk
membedakannya dengan jaringan
3G.
LTE pertama kali diadopsi oleh
operator seluler TeliaSonera di
Stockholm dan Oslo pada 14
Desember 2009.
Kecepatan LTE
Kecepatan maksimum LTE bisa
mencapai 299.6Mbps untuk
mengunduh dan 75.4Mbps untuk
mengunggah. Namun, operator
seluler yang telah menyediakan
jaringan ini, masih membatasi
kapasitas dan kecepatan untuk
pelanggannya. Pemerintahan di
suatu negara juga punya cara
yang berbeda mengatur
pengalokasian rentang pita
frekuensi.
Mengapa frekuensi LTE berbeda
di setiap negara?
Pada dasarnya LTE bisa berjalan
di seluruh frekuensi. Namun,
penyelenggaraan jaringan LTE di
setiap negara, bisa jadi berada di
spektrum frekuensi yang
berbeda. Hal ini disebabkan oleh
ketersediaan spektrum frekuensi
yang diatur oleh pemerintah dan
operator seluler yang
mendapatkan lisensi LTE.
Selain itu, beberapa frekuensi
juga telah digunakan untuk
layanan lain. Di Indonesia
misalnya, frekuensi 700MHz
digunakan untuk siaran TV
analog, dan frekuensi
2.600MHz, dipakai untuk layanan
televisi satelit berlangganan.
Ini menjadi salah satu alasan,
mengapa frekuensi LTE di setiap
negara bisa jadi tidak sama.
Sehingga, negara dan operator
seluler memilih untuk
menyelenggarakan LTE di
frekuensi yang tersedia.
Frekuensi yang umum digunakan
untuk LTE
Di Asia, frekuensi 1.800 MHz
dan 2.600 MHz menjadi
frekuensi yang umum digunakan
untuk penyelenggaraan LTE.
Frekuensi ini digunakan oleh
Singapura, Hong Kong, Korea
Selatan dan beberapa negara
Eropa.
Di Jepang dan Amerika Serikat,
LTE berjalan di frekuensi
700MHz atau 2.100MHz.
Sekedar catatan, beberapa
negara juga menggunakan
frekuensi 800MHz dan 850MHz
untuk LTE.
Smartphone LTE belum bisa
digunakan secara global
Sering dijumpai sebuah
smartphone atau tablet LTE
tidak dapat mengaktifkan jaringan
LTE-nya di suatu negara.
Tablet iPad generasi 3 misalnya,
tidak dapat menjalankan LTE di
Australia. Hal ini disebabkan cip
antena radio di iPad generasi 3
tidak mendukung jaringan LTE di
frekuensi tertentu.
Tak hanya iPad, Apple juga
membuat iPhone 5 model GSM
dalam dua versi dukungan
frekuensi LTE.
Pertama, iPhone 5 (GSM) Model
A1429 yang mendukung jaringan
LTE di frekuensi 2.100MHz,
1800Hmz, dan 850MHz. Namun,
ia tak mendukung LTE di frekuensi
700MHz.
Kedua, iPhone 5 (GSM) Model
A1428 mendukung jaringan LTE di
frekuensi 700MHz. Nampaknya,
Apple akan mengirimkan iPhone 5
model ini untuk Amerika Serikat
dan Kanada saja.
Namun, seiring banyaknya
operator seluler yang
menyediakan jaringan LTE, tak
menutup kemungkinan para
produsen smartphone dan tablet
akan membekali cip radio
universal untuk produknya agar
mendukung jaringan LTE di seluruh
frekuensi.
Biaya masih mahal
Harga berlangganan layanan LTE
saat ini memang relatif lebih
mahal. Wajar saja, LTE memberi
kecepatan akses data yang lebih
cepat ketimbang 3G.
Tak sedikit pelanggan LTE di
negara maju, yang sangat
memperhatikan penggunaan
kapasitas data yang telah
mereka gunakan agar tagihan
kartu seluler mereka tidak
membengkak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar